ABSURD ME [Chapter 1]

“I have so many things I wanna say. I got a story of million years. But in my head it hurts so much couldn’t understand it.”

(Burn for you – SID)

Sial. Malam ini sama dengan malam-malam kemarin, gua merasa isi kepala gua terlalu huru-hara. Terlalu ramai, dan gua merindukan keheningan yang tertanam.

Keheningan untuk menghitung suara detak jarum pada boom waktu.

Keheningan untuk menyusun siasat membunuh.

Gua ingin bercerita. Gua ingin membuang satu persatu isi keramaian di kepala gua ini. Tentang pertanyaan-pertanyaan tak terjawab. Tentang pernyatan-pernyataan tak tertangkap. Tapi semua begitu acak. Penuh, namun tak beraturan. Kadang semua saling berbenturan. Gua bahkan gak tau harus memulai dari bagian yang mana terlebih dahulu.

Baiklah, sebelum jadi gila sebaiknya gua harus tarik nafas, menghembuskannya, dan memulai dari bagian yang paling mudah. Dinding.

***

 

DINDING

Gua adalah manusia biasa yang sama dengan manusia-manusia lainnya. Punya cinta kasih, punya rasa ingin berbagi, dan punya obsesi. Punya keserakahan. Punya impian.

Tapi semakin bertambah waktu, semua terasa semakin gak biasa. Mungkin sebenernya ini adalah hal biasa, tapi gua gak bisa terbiasa.

Sejak SMA sampai kuliah, gua termasuk orang yang pandai bergaul. Gua punya banyak teman, dan bukan sombong, sebagai cewek gembel gua cukup disukai teman-teman gua. Gua tertawa, gua terpingkal, gua menggila, dan gua bahagia. Atau, terlihat bahagia. Semua orang gak percaya kalau gua pernah, atau bisa sedih. “Yah ampun kay, lo bisa sakit juga?”, begitulah komentar hampir semua orang yang kenal gua ketika gua sakit badan. Yeach, I look like a wonder woman.

Gua terlihat cuek dan kuat, tapi gua merasa di dalem sini rapuh. Itu semakin parah saat gua berpikir tentang satu kata: “tujuan”. Jika hidup adalah sebuah perjalanan, maka gua harus punya tujuan. Jika dunia dan segala fenomenanya dinamis maka gua harus terus bergerak. Tapi gua gak mau bergerak tanpa arah. Tanpa tujuan.

Lalu gua menjadi semakin aneh. Semakin rumit. Saat sedang bercengkrama dengan teman, kadang gua meracau tentang hal-hal gak masuk akal. Saat gua berpendapat, mereka lalu bilang gua aneh. Freak.

Sejak saat itu gua terobsesi dengan suatu tempat diluar bumi. Am I alien?

Gua merasa gak didengar. Mereka mendengar lawakan gua, tertawa, dan jatuh cinta. Tapi mereka tak mendengar jeritan hati gua, tak membantu memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan gua. Lalu gua merasa perlu bercerita kepada diri gua sendiri. Gua menulis, dan membacanya ulang. Gua ingin memahami diri gua sendiri. Gua membuat akun blog. K4yren4.multiply.com. Sebuah akun yang gua buat tanpa pengharapan apapun. Tanpa berharap dibaca oleh selain aku. Namun akhirnya dia malah meberi gua lebih.

Di awang-awang itu pertama kali gua jatuh cinta kepada sebuah tulisan, yang penulisnya sama sekali gua belum kenal. Sebuah tulisan yang mengantarkan gua kepada tulisan-tulisannya yang lain. Yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Yang acak. Yang sama dengan gua. Yang gua bisa mengerti. Yang gua pahami. Tulisan-tulisan yang mengantarkan gua kepada sesosok alien. Alien yang gak pernah dipahami oleh orang-orang. Oleh manusia. Alien yang selalu dicerca dan dimaki. Alien yang dianggap najis. Karena manusia-manusia itu merasa dirinya suci.

Dimana tidak ada yang membedakan gua dan dia, selain kelamin.

Dia, yang membuat gua menemukan jawaban dari pertanyaan gua yang pertama. Tujuan.

 

***

“Gua lagi gak kepengen apa-apa. Gua cuma kepengen diem. Ngeliatin tembok.”

“Lo tau gak? Gua lagi kepengen kita duduk berdua, ngeliatin dinding, tanpa bicara, megang es orson di plastik pakai sedotan.”

“Key, tujuan hidup kita apa?”

“Tujuan hidup kita, mencari tujuan hidup.”

“Hahahahahaa…. Iyah. Gua setuju.”

***

 

GRAVITY

“Aku punya firasat buruk tentang misi ini.”

 

*bersambung

 

-K-

Leave a comment